![]() |
Ilustrasi Investasi Emas (Foto: pexels.com/Michael) |
Harga emas dunia mencatat penurunan pada hari ini, Senin (14/4/2025). Meski demikian, pelemahan ini diperkirakan bersifat jangka pendek, dengan prospek emas yang masih positif di tengah ketidakpastian global.
Pada pukul 06.11 WIB, harga emas di pasar spot tercatat turun 0,5% ke level US$3.219,75 per troy ons. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan tajam pada Jumat (11/4/2025), saat harga emas naik hampir 2% dan ditutup di angka US$3.236,21 per troy ons — rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Kenaikan harga emas belakangan ini sebagian besar didorong oleh eskalasi tensi dagang antara Amerika Serikat dan China. Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan bea masuk atas barang-barang China hingga 145% mendorong Beijing merespons dengan tarif balasan hingga 125%. Ketegangan ini memicu kekhawatiran pasar dan mendorong investor mencari aset lindung nilai seperti emas.
Sejak awal tahun 2025, harga emas telah melonjak sekitar 23%, ditopang oleh meningkatnya permintaan dari bank sentral global, aliran dana ke ETF berbasis emas, serta ketidakpastian geopolitik yang meluas. Kinerja emas tahun lalu juga sangat mengesankan, mencatat capaian terbaiknya sejak 2010.
Menurut analis WisdomTree, Nitesh Shah, pergerakan harga emas menunjukkan percepatan luar biasa. “Emas butuh waktu 14 tahun untuk naik dari US$1.000 ke US$2.000 per troy ons, namun hanya butuh waktu sedikit lebih dari setahun untuk mencapai US$3.000,” ujarnya. Ia menambahkan, target US$4.000 per troy ons kini bukan lagi sekadar spekulasi.
Faktor lain yang turut mendorong harga emas adalah pelemahan dolar AS. Pada Jumat lalu, indeks dolar sempat turun ke level 99,01 — yang terendah sejak April 2022 — sebelum akhirnya rebound ke 100,1. Melemahnya dolar membuat emas lebih menarik bagi investor internasional.
Di sisi lain, data ekonomi AS menunjukkan penurunan indeks harga produsen sebesar 0,4% pada Maret. Namun, tarif impor yang lebih tinggi diperkirakan akan memicu inflasi dalam waktu dekat, yang pada akhirnya berpotensi menambah daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai.
Menurut Ole Hansen dari Saxo Bank, kombinasi dari pelemahan dolar, risiko stagflasi, dan gejolak geopolitik akan terus menopang harga emas. Sementara itu, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 90 basis poin hingga akhir tahun turut memperkuat prospek bullish bagi logam mulia ini.
Dengan mencetak lebih dari 20 rekor harga tertinggi sepanjang 2025 dan mempertahankan posisinya di atas US$3.000 per troy ons, emas tampaknya masih akan bersinar dalam waktu dekat.